WE ARE THE CHILDREN OF GOD
"Siapa kamu menghakimi hidup yang saya jalani?
saya tahu saya tidak sempurna
dan saya tidak ingin hidup seperti itu.
tetapi sebelum kamu mulai menunjuk...
pastikan tangan kamu bersih!"
bob marley
Siapa yang tidak
mengenal pria berambut gimbal yang ini,
Bob Marley,
pemilik nama asli
dari Nesta Robert Marley, lahir dari seorang Inggris berkulit putih yang
bekerja sebagai pengawas tanah perusahaan Crown Lands, milik Pemerintahan
Inggris yang telah menjajah Jamaika sejak tahun 1660-an, Kapten Norval
Sinclair Marley yang menikahi gadis 18 tahun pribumi Jamaika bernama
Candella Booker saat ia sedang berkunjung ke distrik Nine Miles.
Pada saat itu hubungan mereka menjadi pergunjingan banyak orang karena
perbedaan ras. Di tahun 1944 Candella mengejutkan banyak orang karena ia mengaku
hamil, sehingga langsung diadakan upacara pernikahan.
Tanggal 6
Febuari 1945 di Nine Miles, Saint Ann, Jamaika, jam 2:30 Lahirlah Robert
Nesta Marley dengan bobot 3.25kg. Banyak orang yang melihat beberapa meteor
jatuh pada malam kelahirannya, menurut kepercayaan orang-orang Jamaika itu
adalah pertanda akan lahirnya tokoh besar.
Ayahnya memenuhi
sebuah kebutuhan keluarganya, namun ia jarang dirumah dan berkumpul bersama
keluarga karena pekerjaannya yang membuatnya sering berpergian jauh. Pada tahun
1955 saat Marley berusia 10 tahun, ayahnya meninggal dunia karena serangan
jantung pada umur 70 tahun.
Setelah itu Marley mulai menghadapi
pertanyaan-pertanyaan tentang identitas ras dirinya, ia pernah berkata "Saya tak mempunyai prasangka apa-apa pada diri saya.
Ayah saya seorang berkulit putih, sementara ibu saya hitam. Mereka memanggil
saya sebagai setengah-ras atau apapun itu. Saya bukanlah kedua-duanya. Saya
tidak berada disisi kulit hitam maupun kulit putih. saya berada disisi tuhan.
dia yang menciptakan saya dan yang membuat saya terlahir dari hitam dan
putih."
Meskipun dibesarkan dalam tradisi Katolik, ketika
jauh dari pengaruh ibunya, pada tahun 1960 Marley menjadi terpikat oleh
keyakinan Rastafarian pada tahun 1960.
Secara formal dikonversi ke Rastafari
setelah kembali ke Jamaika, Marley mulai menggimbalkan rambut. Pada tahun 1966, Marley menikahi Rita Anderson, lalu
pindah dekat kediaman ibunya di Wilmington, Delaware, Amerika Serikat. Untuk
waktu yang singkat, ia bekerja sebagai asisten labolatorium DuPont dan juga
bekerja di jalur perakitan di pabrik Chrysler.
Pada Tahun 1977 Marley didiagnosa
mempunya kanker kulit namun hal ini disembunyikan dari publik. Kankernya telah
menyebar sampai otak, paru-paru dan lambung. Marley akhirnya menghembuskan nafas
terakhirnya di Miami Hospital pada 11 Mei 1981 di usia 36 tahun. Sungguh panjang
perjalanan hidup Raja musik reggae ini dalam hidupnya yang singkat tentang
kesedihan, cinta, pemahaman, dan Godgiven talent.
Musik Reggae
Tahun 1968 banyak disebut sebagai tahun kelahiran
musik reggae. Sebenarnya tidak ada kejadian khusus yang menjadi penanda awal
muasalnya, kecuali peralihan selera musik masyarakat Jamaika dari Ska dan
Rocsteady, yang sempat populer di kalangan muda pada paruh awal hingga akhir
tahun 1960-an, pada irama musik baru yang bertempo lebih lambat : reggae.
Boleh jadi hingar bingar dan tempo cepat Ska dan Rocksteady kurang mengena dengan kondisi sosial dan ekonomi di Jamaika yang sedang penuh tekanan.
Boleh jadi hingar bingar dan tempo cepat Ska dan Rocksteady kurang mengena dengan kondisi sosial dan ekonomi di Jamaika yang sedang penuh tekanan.
Kata “reggae” diduga berasal dari pengucapan dalam
logat Afrika dari kata “ragged” (gerak kagok–seperti hentak badan pada orang
yang menari dengan iringan musik ska atau reggae). Irama musik reggae sendiri
dipengaruhi elemen musik R&B yang lahir di New Orleans, Soul, Rock, ritmik
Afro-Caribean (Calypso, Merengue, Rhumba) dan musik rakyat Jamaika yang disebut
Mento, yang kaya dengan irama Afrika. Irama musik yang banyak dianggap menjadi
pendahulu reggae adalah Ska dan Rocksteady, bentuk interpretasi musikal R&B
yang berkembang di Jamaika yang sarat dengan pengaruh musik Afro-Amerika. Secara
teknis dan musikal banyak eksplorasi yang dilakukan musisi Ska, diantaranya cara
mengocok gitar secara terbalik (up-strokes) , memberi tekanan nada pada nada
lemah (syncopated) dan ketukan drum multi-ritmik yang kompleks.
Teknik para musisi Ska dan Rocsteady dalam memainkan
alat musik, banyak ditirukan oleh musisi reggae. Namun tempo musiknya jauh lebih
lambat dengan dentum bas dan rhythm guitar lebih menonjol. Karakter vokal
biasanya berat dengan pola lagu seperti pepujian (chant), yang dipengaruhi pula
irama tetabuhan, cara menyanyi dan mistik dari Rastafari. Tempo musik yang lebih
lambat, pada saatnya mendukung penyampaian pesan melalui lirik lagu yang terkait
dengan tradisi religi Rastafari dan permasalahan sosial politik humanistik dan
universal.
Album “Catch A Fire” (1972) yang diluncurkan Bob
Marley and The Wailers dengan cepat melambungkan reggae hingga ke luar Jamaika.
Kepopuleran reggae di Amerika Serikat ditunjang pula oleh film The Harder They
Come (1973) dan dimainkannya irama reggae oleh para pemusik kulit putih seperti
Eric Clapton, Paul Simon, Lee ‘Scratch’ Perry dan UB40. Irama reggae pun
kemudian mempengaruhi aliran-aliran musik pada dekade setelahnya, sebut saja
varian reggae hip hop, reggae rock, blues, dan sebagainya.
Jamaika
Akar musikal reggae terkait erat dengan tanah yang
melahirkannya: Jamaika.
Saat ditemukan oleh Columbus pada abad ke-15, Jamaika
adalah sebuah pulau yang dihuni oleh suku Indian Arawak. Nama Jamaika sendiri
berasal dari kosa kata Arawak “xaymaca” yang berarti “pulau hutan dan air”.
Kolonialisme Spanyol dan Inggris pada abad ke-16 memunahkan suku Arawak, yang
kemudian digantikan oleh ribuan budak belian berkulit hitam dari daratan Afrika.
Budak-budak tersebut dipekerjakan pada industri gula dan perkebunan yang
bertebaran di sana. Sejarah kelam penindasan antar manusia pun dimulai dan
berlangsung hingga lebih dari dua abad. Baru pada tahun 1838 praktek perbudakan
dihapus, yang diikuti pula dengan melesunya perdagangan gula dunia.
Di tengah kerja berat dan ancaman penindasan, kaum
budak Afrika memelihara keterikatan pada tanah kelahiran mereka dengan
mempertahankan tradisi. Mereka mengisahkan kehidupan di Afrika dengan nyanyian
(chant) dan bebunyian (drumming) sederhana. Interaksi dengan kaum majikan yang
berasal dari Eropa pun membekaskan produk silang budaya yang akhirnya menjadi
tradisi folk asli Jamaika. Bila komunitas kulit hitam di Amerika atau Eropa
dengan cepat luntur identitas Afrika mereka, sebaliknya komunitas kulit hitam
Jamaika masih merasakan kedekatan dengan tanah leluhur.
Musik reggae sendiri pada awalnya lahir dari jalanan
Getho (perkampungan kaum rastafaria) di Kingson ibu kota Jamaika. Inilah yang
menyebabkan gaya rambut gimbal menghiasi para musisi reggae awal dan lirik-lirik
lagu reggae sarat dengan muatan ajaran rastafari yakni kebebasan, perdamaian,
dan keindahan alam, serta gaya hidup bohemian. Masuknya reggae sebagai salah
satu unsur musik dunia yang juga mempengaruhi banyak musisi dunia lainnya,
otomatis mengakibatkan aliran musik satu ini menjadi barang konsumsi publik
dunia. Maka, gaya rambut gimbal atau dreadlock serta lirik-lirik ‘rasta’ dalam
lagunya pun menjadi konsumsi publik. Dalam kata lain, dreadlock dan ajaran rasta
telah menjadi produksi pop, menjadi budaya pop, seiring berkembangnya musik
reggae sebagai sebuah musik pop.
Musik reggae, sebutan rastaman, telah menjadi satu
bentuk subkultur baru di negeri ini, di mana dengannya anak muda menentukan dan
menggolongkan dirinya. Di sini, musik reggae menjadi penting sebagai sebuah
selera, dan rastaman menjadi sebuah identitas komunal kelompok social tertentu.
Tinggal bagaimana para pengamat social dan juga para anggota komunitas itu
memahami diri dan kultur yang dipilihnya, agar tidak terjadi penafsiran keliru
yang berbahaya bagi mereka.
Penggunaan ganja adalah salah satu contohnya, di mana reggae tidak identik dengan ganja serta rastafarianisme pun bukanlah sebuah komunitas para penghisap ganja.
Penggunaan ganja adalah salah satu contohnya, di mana reggae tidak identik dengan ganja serta rastafarianisme pun bukanlah sebuah komunitas para penghisap ganja.
Sebuah lagu dari “Peter Tosh” (nama aslinya Peter
McIntosh), pentolan The Wairles yang akhirnya bersolo karier. Dalam lagu ini,
Peter Tosh menyatakan dukungannya dan tuntutannya untuk melegalkan ganja. Karena
lagu ini, ia sempat ditangkap dan disiksa polisi Jamaika.
Menurut sejarah Jamaica, budak yang membawa drum
dari Africa disebut “Burru” yang jadi bagian aransemen lagu yang disebut
“talking drums” (drum yang bicara) yang asli dari Africa Barat. “Jonkanoo”
adalah musik budaya campuran Afrika, Eropa dan Jamaika yang terdiri dari
permainan drum, rattle (alat musik berderik) dan conch tiup. Acara ini muncul
saat natal dilengkapi penari topeng. Jonkanoos pada awalnya adalah tarian para
petani, yang belakangan baru disadari bahwa sebenarnya mereka berkomunikasi
dengan drum dan conch itu. Tahun berikutnya, Calypso dari Trinidad & Tobago
datang membawa Samba yang berasal dari Amerika Tengah dan diperkenalkan ke orang
- orang Jamaika untuk membentuk sebuah campuran baru yang disebut Mento. Mento
sendiri adalah musik sederhana dengan lirik lucu diiringi gitar, banjo,
tambourine, shaker, scraper dan rumba atau kotak bass. Bentuk ini kemudian
populer pada tahun 20 dan 30an dan merupakan bentuk musik Jamaika pertama yang
menarik perhatian seluruh pulaunya. Saat ini Mento masih bisa dinikmati sajian
turisme. SKA yang sudah muncul pada tahun 40 - 50an sebenarnya disebutkan oleh
History of Jamaican Music, dipengaruhi oleh Swing, Rythym & Blues dari
Amrik. SKA sebenarnya adalah suara big band dengan aransemen horn (alat tiup),
piano, dan ketukan cepat “bop”. Ska kemudian dengan mudah beralih dan
menghasilkan bentuk tarian “skankin” pada awal 60an. Bintang Jamaica awal antara
lain Byron Lee and the Dragonaires yang dibentuk pada 1956 yang kemudian
dianggap sebagai pencipta “ska”. Perkembangan Ska yang kemudian melambatkan
temponya pada pertengahan 60an memunculkan “Rock Steady” yang punya tune bass
berat dan dipopulerkan oleh Leroy Sibbles dari group Heptones dan menjadi musik
dance Jamaika pertama di 60an.
“Reggae & Rasta”
Bob Marley tentunya adalah bimtang musik “dunia
ketiga” pertama yang jadi penyanyi group Bob Marley & The Wailers dan
berhasil memperkenalkan reggae lebih universal. Meskipun demikian, reggae
dianggap banyak orang sebagai peninggalan King of Reggae Music, Hon. Robert
Nesta Marley. Ditambah lagi dengan hadirnya “The Harder they Come” pada tahun
1973, Reggae tambah dikenal banyak orang. Meninggalnya Bob Marley kemudian
memang membawa kesedihan besar buat dunia, namun penerusnya seperti Freddie
McGregor, Dennis Brown, Garnett Silk, Marcia Fiffths dan Rita Marley serta
beberapa kerabat keluarga Marley bermunculan. Rasta adalah jelas pembentuk musik
Reggae yang dijadikan senjata oleh Bob Marley untuk menyebarkan Rasta keseluruh
dunia. Musik yang luar biasa ini tumbuh dari ska yang menjadi elemen style
American R&B dan Carribean. Beberapa pendapat menyatakan juga ada pengaruh :
folk music, musik gereja Pocomania, Band jonkanoo, upacara - upacara petani,
lagu kerja tanam, dan bentuk mento. Nyahbingi adalah bentuk musik paling alami
yang sering dimainkan pada saat pertemuan - pertemuan Rasta, menggunakan 3 drum
tangan (bass, funde dan repeater : contoh ada di Mystic Revelation of
Rastafari). Akar reggae sendiri selalu menyelami tema penderitaan buruh paksa
(ghetto dweller), budak di Babylon, Haile Selassie (semacam manusia dewa) dan
harapan kembalinya Afrika. Setelah Jamaica merdeka 1962, buruknya perkembangan
pemerintahan dan pergerakan Black Power di US kemudian mendorong bangkitnya
Rasta. Berbagai kejadian monumentalpun terjadi seiring perkembangan ini.
Reggae adalah kombinasi dari iringan
tradisional Afrika, Amerika dan Blues serta folk (lagu rakyat) Jamaika. Gaya
sintesis ini jelas menunjukkan keaslian Jamaika dan memasukkan ketukan putus -
putus tersendiri, strumming gitar ke arah atas, pola vokal yang ‘berkotbah’ dan
lirik yang masih seputar tradisi religius Rastafari. Meski banyak keuntungan
komersial yang sudah didapat dari reggae, Babylon (Jamaika), pemerintah yang
ketat seringkali dianggap membatasi gerak namun bukan aspek politis
Rastafarinya. “Reg-ay” bisa dibilang muncul dari anggapan bahwa reggae adalah
style musik Jamaika yang berdasar musik soul Amerika namun dengan ritem yang
‘dibalik’ dan jalinan bass yang menonjol. Tema yang diangkat emang sering
sekitar Rastafari, protes politik, dan rudie (pahlawan hooligan). Bentuk yang
ada sebelumnya (ska & rocksteady) kelihatan lebih kuat pengaruh musik Afrika
- Amerika-nya walaupun permainan gitarnya juga mengisi ‘lubang - lubang’ iringan
yang kosong serta drum yang kompleks. Di Reggae kontemporer, permainan drum
diambil dari ritual Rastafarian yang cenderung mistis dan sakral, karena itu
temponya akan lebih kalem dan bertitik berat pada masalah sosial, politik serta
pesan manusiawi.
Reggae memang adalah musik unik bagi Jamaika,
ironisnya akarnya berasal dari New Orleans R&B. Nenek moyang terdekatnya,
ska berasal berasal dari New Orleans R&B yang didengar para musisi Jamaika
dari siaran radio Amrik lewat radio transistor mereka. Dengan berpedoman pada
iringan gitar pas - pasan dan putus - putus adalah interprestasi mereka akan
R&B dan mampu jadi populer di tahun 60an. Selanjutnya semasa musim panas
yang terik, merekapun kepanasan kalau harus memainkan ska plus tarinya, hasilnya
lagunya diperlambat dan lahirlah Reggae.
Sejak itu, Reggae terbukti bisa jadi
sekuat Blues dan memiliki kekuatan interprestasi yang juga bisa meminjam dari
Rocksteady (dulu) dan bahkan musik Rock (sekarang).
Musik Afrika pada dasarnya
ada di kehidupan sehari-hari, baik itu di jalan, bus, tempat umum, tempat kerja
atau rumah yang jadi semacam semangat saat kondisi sulit dan mampu memberikan
kekuatan dan pesan tersendiri.
Hasilnya,
Reggae musik bukan cuma memberikan
relaksasi, tapi juga membawa pesan cinta, damai, kesatuan dan keseimbangan serta
mampu mengendurkan ketegangan.
0 komentar:
Posting Komentar